NamaHarold Yudhistira Lie
TTLPontianak, 1 Juli 1996
AgamaKatolik (KTP)
Suku BangsaTionghoa-Indonesia
Golongan DarahB
Tinggi Badan162 cm
Pendidikan TerakhirDiploma III
PekerjaanPemilik Toko Kue
ใ…คCake Meets Coffee
Klaim WajahXiฤo (Genshin Impact)

โ€œPa, Mama ke mana?โ€
โ€œPa, udah malem, Mama kok belum pulang?โ€
โ€œPa?โ€
Hati kecilnya berduka sebab tak kunjung dapatkan jawaban, walau sudah berulang kali tanya itu ia lontarkan. Ayahnya hanya diam, menatap kosong ke luar jendela; tak mengatakan apa pun, tak menoleh barang sedikit pun. Bahkan hingga detik menjelma menit dan hari demi hari berlalu.Apakah ia marah karena Harold pulang main larut malam? Apakah ia tidak akan memaafkan putra semata wayangnya yang tak sempat bertemu dengan sang ibunda?Harold tidak pernah memaafkan dirinya sendiri karena pulang terlambat hari itu. Ia tak pernah sempat mengucapkan selamat tinggal pada ibunya yang pergi dan hilang ditelan malam, yang tak pernah dijumpanya lagi bahkan hingga ia beranjak dewasa.โ€• โ€’ ยทTahun demi tahun berlalu, Harold remaja kini telah dewasa. Ia melalui harinya dalam sepi, menjaga toko kuenya seorang diriโ€”toko kue milik sang ibunda yang sempat mati sejak ditinggalkan tetapi kembali dioperasikan tiga tahun setelahnyaโ€”dan pulang disapa sunyi karena ayahnya tak pernah lagi bicara. Harold tahu, sang ayah digerogoti rasa bersalah yang mendalam karena membiarkan istrinya pergi meninggalkan keluarga. Namun, rasa simpati tak menyisa dalam hati kecil sang anak, yang merasa telah kehilangan segalanya dan terpaksa harus hidup dalam ketakutan ... seolah ia seorang diri di dunia.Harold selalu tahu, ayah dan ibunya kerap kali berselisih pendapat. Teriakan kuat di malam hari yang menyentaknya hingga terbangun dengan berselubung takut, atau suara pecahan piring yang dilempar ke dinding dan tangisan sang ibunda yang terdengar nyaring. Harold telah terbiasa dengan semua itu. Namun, ia tak pernah menduga ibunya sungguh akan pergi meninggalkannya.Tidakkah Mama meyayangiku? Ia suka membuatkan aku kue tar buah dan tersenyum padaku setiap hari.
Oh, Mama mungkin marah karena aku tidak pulang lebih cepat dan mencegahnya pergi.
Mama tidak mungkin menyayangiku.
Mama pasti membenciku.
โ€• โ€’ ยทMeski dirinya memiliki banyak penyesalan di dalam hatinya, sejak ia memutuskan untuk membuka kembali toko kue yang ditinggalkan ibunya, Harold tidak pernah berhenti untuk terus memajukan bisnis tersebut dengan kemampuannya yang, sejatinya, masih amat terbatas. Ia bahkan dengan giat mempelajari berbagai hal tentang serba-serbi pembuatan kue, juga mengambil jurusan tata boga dalam perkuliahannya. Jauh di lubuk hati, ia berpikir, dengan kembalinya toko kue milik sang ibu, mungkin beliau akan kembali lagi padanya.Hingga kini Harold menginjak usia ke-26, toko kuenya telah banyak dikenal di seluruh penjuru kota. Meski tidak memiliki satu pun cabang, tawaran kerja sama terus berdatangan dari berbagai kalangan, dari komunitas kecil yang menyelenggarakan kegiatan, hingga acara-acara besar yang bertempat di hotel-hotel mewah.

Kepergian sang ibunda, lebih-lebih dengan sikap ayahnya yang tak lagi acuh, menciptakan trauma mendalam bagi Harold. Ia tak lagi pernah pergi bermain-main, menemui teman-temannya di luar, atau menyambut tamu datang ke rumahnya. Ia tak lagi pernah tertawa dengan lepas. Kesunyian mengunci bibir juga hatinya. Ia kerap dengan mudah kehilangan konsentrasi, membuatnya kehilangan arah soal apa yang dikehendakinya, oleh bising yang riuh di dalam kepala. Caranya berkomunikasi seringkali dinilai aneh dan tak biasa. Tak ada yang tahu dan mau peduli betapa bising isi hatinya.Di luar kepribadiannya yang cukup tidak biasa, Harold merupakan seorang pemuda yang amat penyayang. Walau teman-temannya tak dapat terbilang banyak, ia begitu peduli pada mereka semua, bahkan pada satu-satunya pekerja di tokonya. Ia merupakan seorang pendengar yang baik yang tidak pernah segan untuk menunjukkan rasa simpatinya, walau hanya dengan raut wajah atau tepukan pelan di punggung karena keterbatasannya dalam berkomunikasi secara verbal.โ€• โ€’ ยทTRIVIA
- Harold memiliki tato berwarna hijau pada sepanjang lengan kanannya, yang ia buat setelah lulus SMA untuk menyalurkan kegelisahan hatinya.
- Walau jarang terlihat keluar rumah dan tokonya di siang hari, Harold seringkali pergi ke bar di malam hari dan, secara mengejutkan, memiliki toleransi alkohol yang cukup tinggi.
- Ia sempat merokok, tetapi belakangan ini menggantinya dengan pod vape.
- Sangat suka kucing.

Keduanya telah cukup lama saling mengenal. Berawal dari kunjungan Ishwara ke toko kuenya, perbincangan yang kerap terjadi lambat laun membawa mereka menjadi semakin dekat. Secara emosional, Harold memandangnya sebagai figur seorang kakak, yang kerap membuatnya yakin bahwa ia tidak seorang diri.

Mita merupakan teman masa kecil Harold. Mereka telah amat lama saling membangun kepercayaan. Segala rahasia Mita, Harold mengetahuinya. Pun dengan Mita yang selalu ia percaya untuk sekadar berbagi waktu saat dirinya tak ingin sendirian. Harold juga memiliki kedekatan dengan putri angkat sang kawan.

Merupakan pekerja paruh waktu di toko kue sekaligus kafenya. Walau Harold tergolong irit bicara, ia selalu memperlakukan Liam dengan baik, baik sebagai karyawan maupun kawan.

Jurnalis kuliner yang pernah meliput di toko kuenya. Berawal dari mata sembab Mika dan kisah romansanya yang mengenaskan di hari peliputan itu, keduanya berakhir saling mengenal. Bisa dibilang, kini mereka adalah teman dekat.